sejarah korsel korut

Sengketa internasional( korea utara Vs korea selatan

semangat "45" harus diadakan demi terciptanya manusia beradab
PERANG KOREA
Tanggal    : 25 Juni 1950 sampai gencatan senjata 27 Juli 1953. Karena belum ada perjanjian perdamaian, secara teknis konflik ini masih berlanjut sampai sekarang.
Lokasi        : Semenanjung Korea Hasil Gencatan senjata
dibuatnya     : Zona Demiliterisasi Korea Casus belli Invasi Korea Utara ke Korea Selatan
Pihak Yang Terlibat
KOREA SELATAN
KOREA UTARA
PBB:
Korea Selatan
 Australia
 Filipina
 Thailand
Britania Raya
Kanada
Amerika Serikat
Negara komunis:
Korea Utara
 Republik Rakyat Cina
 Uni Soviet
Templat:Bendera vietnam utara

Perang Korea (bahasa Korea: 한국전쟁), dari 25 Juni 1950 sampai 27 Juli 1953, adalah sebuah konflik antara Korea Utara dan Korea Selatan. Perang ini juga disebut "perang yang dimandatkan" (bahasa Inggris proxy war) antara Amerika Serikat dan sekutu PBB-nya dan komunis Republik Rakyat Cina dan Uni Soviet (juga anggota PBB). Peserta perang utama adalah Korea Utara dan Korea Selatan. Sekutu utama Korea Selatan termasuk Amerika Serikat, Kanada, Australia, dan Britania Raya, meskipun banyak negara lain mengirimkan tentara di bawah bendera PBB.
Sekutu Korea Utara termasuk Republik Rakyat Tiongkok, yang menyediakan kekuatan militer, dan Uni Soviet yang menyediakan penasehat perang dan pilot pesawat, dan juga persenjataan, untuk pasukan China dan Korea Utara. Di Amerika Serikat konflik ini diistilahkan sebagai aksi polisi (police action) di bawah bendera PBB dari pada sebuah perang, dikarenakan untuk menghilangkan keperluan Kongres mengumumkan perang.

I.LATAR BELAKANG
A.Terminologi
Di Amerika Serikat, perang ini secara resmi dideskripsikan sebagai tindakan polisi (police action) karena tidak adanya deklarasi perang resmi dari Kongres AS. Dalam bahasa sehari-hari, perang ini juga sering disebut The Forgotten War ("perang yang terlupakan") dan The Unknown War ("perang yang tidak diketahui") karena dianggap sebagai urusan PBB, berakhir buntu (stalemate), sedikitnya korban dari pihak AS, dan kurang jelasnya isu-isu menjadi penyebab perang ini, bila dibandingkan dengan Perang Vietnam dan Perang Dunia ke-2.
Di Korea Selatan, perang ini biasa disebut sebagai Perang 6-2-5 (yuk-i-o jeonjaeng) yang mencerminkan tanggal dimulainya perang pada 25 Juni.
Di Korea Utara, perang ini secara resmi disebut Choguk haebang chǒnjaeng ("perang pembebasan tanah air"). Perang ini juga disebut Chosǒn chǒnjaeng ("Perang Joseo", Joseon adalah sebutan Korea Utara untuk tanah Korea).
Di Republik Rakyat Cina, perang ini secara resmi disebut Chao Xian Zhan Zheng (Perang Korea). kata "Chao Xian" merujuk ke Korea pada umumnya, dan secara resmi Korea Utara.
Istilah Perang Korea juga dapat menyatakan pertempuran sebelum invasi maupun setelah gencatan senjata dilakukan.
B.PENDUDUKAN JEPANG
Setelah kekaisaran jepang mengalahkan dinasti qing cina pada perang sino-jepang pertama (1894-96) kekaisaran jepang menduduki kekaisaran korea. Pada saat itu kehidupan di Negara korea sangat berubah. Jepang menggunakan system kerja paksa di Negara tersebut. Saat itu nasional korea dan kaum intelektual melarikan diri, beberapa dari mereka membentuk pemerintahan sementara korea dipimpin oleh Syngman Rhee.di Sanghai 1919. Jepang telah merubah segalanya dari korea, mulai dari budaya, memerintah orang korea untuk mengubah namanya menjadi nama jepang, pria-pria di korea dipaksa menjadi tentara jepang.
Selama perang dunia ke-II tentara jepang memanfaatkan makanan, ternak, dan logam dari korea untuk tujuan perang, banyak tentara dari korea dikirim ke luar negeri, terutama ke jepang untuk alat perang. Ketika Amerika Serikat menjatuhkan bom di Hirosima, 25 % tentara jepang yang diambil dari korea tewas.

Tahun berikutnya Amerika Serikat dan Soviet membuat perjanjian untuk membagi korea menjadi dua. Dan amerika memutuskan bahwa korea harus menjadi Negara merdeka.sesuai perjanjian AS – Soviet, Uni Soviet mendeklarasikan perang pembebasan korea dari tangan jepang dan tanggal 10 agustus 1945 korea berhasil dikuasai. Dan akhirnya jepang menyerah tanggal 15 agustus.
Pada konferensi postdam(juli-agustus 1945) sekutu membagi korea secara sepihak tanpa melakukan konsultasi dengan pihak korea sendiri.dan pembatasan atas korea selatan dan utara adalah zona demarkasi(garis lintang 38 derajat). Setelah berapa lama AS-Soviet terjadi pemananasan dari segi politik, karena korea tidak ingin dipimpin oleh pemerintah asing. Termasuk AS-Soviet. Kemudian AS keluar dari perjanjian dengan Soviet dan mendirikan pemerintahan sipil anti-komunis dikorea selatan. Resultan pemerintah anti-komunis Korea Selatan yang mengumumkan secara resmi konstitusi politik nasional (17 July 1948) memilih Syngman Rhee (20 July 1948) sebagai presiden dan mendirikan Republik Korea Selatan pada 15 Agustus 1948.
II.Masalah Utama
1.Tujuan RRC yang ingin mengkomuniskan Asia Timur dan Tenggara.
2.Silang Sengketa Militer
3.Zona Demiliterisasi Korea
4.Program Nuklir di korea utara.
III.Jalannya perang
A.Peran Joseph Stalin dan Mao Zedong
Professor Shen Zhihua, yang menggunakan dana pribadinya untuk membeli arsip-arsip Uni Soviet, banyak menemukan telegram-telegram antara Moskwa dengan Beijing sebelum perang dimulai. Berikut ini adalah ikhtisar singkat dari sejumlah telegram antara Mao dan Stalin.
Pada 1 Oktober 1950 Kim Il-sung mengirim telegram ke Cina, meminta intervensi militer. Pada hari yang sama, Mao Zedong menerima telegram Stalin, yang juga meminta Cina mengirim pasukan ke Korea.
Pada 5 Oktober 1950, di bawah tekanan Mao Zedong dan Peng Dehuai, Komite Pusat Komunis Cina memutuskan untuk melakukan intervensi militer di Korea.
Pada 11 Oktober 1950 Stalin dan Zhou Enlai mengirim telegram yang ditandatangani bersama kepada Mao, yang menyatakan:
1.Tentara Cina yang dikirimkan kurang persiapan dan tidak dilengkapi tank dan artileri; dibutuhkan waktu dua bulan sebelum bantuan perlindungan udara (air cover) sampai di sana.
2.Dalam jangka waktu satu bulan, tentara dengan perlengkapan memadai harus sudah siap di posisinya masing-masing; bila tidak, maka pasukan AS akan berjalan lebih jauh ke utara dan mengalahkan Korea Utara.
3.Pasukan dengan perlengkapan yang memadai harus dikirim ke Korea dalam jangka waktu enam bulan, bila lebih, maka Korea Utara diperkirakan telah diduduki AS, sehingga bantuan tentara akan sia-sia.
Pada 12 Oktober 1950, pukul 15:30 waktu Beijing, Mao mengirim telegram kepada Stalin melalui duta besarnya: Saya setuju dengan keputusan Anda (Stalin dan Zhou).
Pada 12 Oktober 1950, pukul 22:12 waktu Beijing, Mao mengirim telegram lain: Saya setuju dengan telegram 10 Oktober, pasukan saya akan tetap di tempatnya, saya telah mengeluarkan perintah untuk menunda rencana ke Korea.
Pada 12 Oktober 1950, Stalin mengirim telegram ke [Kim Il-sung], mengatakan: tentara Rusia dan Cina tidak akan datang.
Pada 13 Oktober, duta besar Rusia di Beijing mengirim telegram kepada Staling, mengatakan: Mao Zedong telah memberitahu kepadanya bahwa Komite Pusat Komunis Cina telah menyetujui keputusan pengiriman pasukan ke Korea.
B.Korea Utara menyerang (Juni 1950)
Meskipun PBB menerima banyak pesan yang memberitahu bahwa Korea Utara akan melakukan invasi, PBB menolak semuanya. Sebelum perang, pada awal tahun 1950, perwira CIA stasiun Cina Douglas Mackiernan menerima ramalan intelejen Cina dan Korea Utara yang meramalkan bahwa KPA (Korean People's Army) akan menyerang ke Selatan.
Dengan alasan membalas provokasi Korea Selatan, Tentara Korea Utara (KPA) menyebrangi 38 derajat lintang Utara, dibantu tembakan artileri, Minggu pagi tanggal 25 Juni 1950. KPA mengatakan bahwa pasukan Republik Korea (ROK), di bawah pimpinan "bandit pengkhianat Syngman Rhee", telah menyebrangi perbatasan terlebih dahulu dan mereka akan menngkap serta mengeksekusi Rhee. Pada tahun-tahun sebelumnya, kedua Korea telah saling menyerang satu sama lain, seperti dalam sebuah perang sipil.
Beberapa Jam kemudian, Dewan Keamanan PBB dengan suara bulat mengecam invasi Korea Utara terhadap Republik Korea (ROK), dengan Resolusi 82 DK PBB, meskipun Uni Soviet dengan hak vetonya memboikot pertemuan sejak Januari memprotes status Taiwan sebagai anggota tetap DK PBB. Pada 27 Juni 1950, Presiden Truman memerintahkan angkatan udara dan laut AS untuk membantu rezim Korea Selatan. Setelah memperdebatkan masalah ini, DK PBB, pada 27 Juni 1950, menerbitkan Resolusi 83 yang merekomendasikan negara anggota memberikan bantuan militer kepada Republik Korea. Kebetulan, ketika menunggu pengumuman fait accompli dari dewan kepada PBB, Deputi Menteri Luar Negeri Uni Soviet menuduh Amerika memulai intervensi bersenjata atas nama Korea Selatan.
Uni Soviet menentang legitimasi perang tersebut, karena
1.data intelejen tentara Korea Selatan yang menjadi sumber Resolusi 83 didapatkan dari intelejen AS.
2.Korea Utara (Republik Demokratik Rakyat Korea) tidak diundang sebagai anggota sementara PBB, yang berarti melanggar Piagam PBB Pasal 32.
3.Perang Korea di luar lingkup Piagam PBB, karena perang perbatasan Utara-Selatan awalnya dianggap sebagai perang sipil. Selain itu, perwakilan Soviet memboikot PBB untuk mencegah tindakan Dewan Keamanan, dan menantang legitimasi tindakan PBB; ahli hukum mengatakan bahwa untuk memutuskan suatu tindakan diperlukan suara bulat dari 5 anggota tetap DK PBB.
Korea Utara memulai "Perang Pembebasan Tanah Air" dengan melakukan infasi darat-udara secara komprehensif dengan 231.000 tentara, yang berhasil menguasai objek dan wilayah sesuai dengan yang direncanakan seperti Kaesŏng, Chuncheon, Uijeongbu, dan Ongjin, yang mereka dapatkan setelah mengerahkan 274 tank T-34-85, dan 150 pesawat tempur Yak, 110 pesawat pengebom, 200 artileri, 78 pesawat latihan Yak, dan 35 pesawat mata-mata.
Sebagai tambahan pasukan invasi, KPA memiliki 114 pesawat tempur, 78 pesawat pengebom, 105 tank T-34-85, dan 30.000 pasukan yang berpangkalan di Korea Utara. Di laut, meskipun hanya terdiri dari beberapa kapal perang kecil, juga terjadi pertempuran yang cukup sengit antara keduanya.
Di pihak lain, tentara Korea Selatan tidak siap. Di South to the Naktong, North to the Yalu (1998), R.E. Applebaum melaporkan bahwa tentara Korea Selatan memiliki tingkat kesiapan tempur yang rendah pada 25 Juni 1950. Tentara Korea Selatan hanya memiliki 98.000 tentara (65.000 tentara tempur, 33.000 tentara penyokong), tidak memiliki tank, dan 22 pesawat yang terdiri dari 12 pesawat tipe penghubung dan 10 pesawat latihan AT6. Selain itu tidak ada pasukan asing yang berpangkalan di Korea saat itu, meskipun ada pangkalan AS di Jepang.
Dalam jangka waktu beberapa hari saja, banyak tentara Korea Selatan, yang kurang loyal terhadap rezim Syngman Rhee lari ke selatan atau malah berkhianat dan bergabung dengan tentara Korea Utara.
C.Aksi Polisi: intervensi Amerika Serikat
Meskipun terjadi demobilisasi besar besaran pasca-Perang Dunia Dua di tubuh sekutu, ada sepasukan tentara AS di Jepang dengan jumlah yang cukup besar; di bawah pimpinan Jenderal MacArthur, mereka bisa melawan Korea Utara.  Selain AS, di sana Inggris juga memiliki kekuatan tempur yang hampir sama besarnya.
Pada hari sabtu 24 Juni 1950, Menteri Luar Negeri AS Dean Acheson memberi tahun Presiden Harry S. Truman melalui telepon, "Bapak Presiden, saya memiliki berita yang sangat serius. Korea Utara telah menyerang Korea Selatan." Truman dan Acheson mendiskusikan sebuah serangan balasan sebagai respon yang akan diambil AS dengan pimpinan departemen pertahanan, yang setuju bahwa Amerika Serikat harus mengusir agresi militer, lalu menghubungkannya dengan agresi Adolf Hitler di tahun 1930 (yang ketika itu didiamkan AS). Kesalahan seperti itu tidak boleh terulang. Presiden Truman mengakui bahwa pertempuran ini berkaitan dengan usaha Amerika mencegah komunisme yang semakin mengglobal:
"Komunisme sedang beraksi di Korea, sebagaimana yang dilakuan Hitler, Mussolini, dan Jepang lakukan sepuluh, lima belas, dan dua puluh tahun yang lalu. Saya merasa yakin bila Korea Selatan dibiarkan jatuh, pemimpin Komunis akan semakin melebarkan kekuasaannya hingga ke negara dekat pantai kita sendiri. Jika Komunis dibiarkan memaksakan kehendak mereka di Republik Korea tanpa perlawanan dari dunia yang bebas, negara-negara kecil lainnya akan kehilangan keberanian untuk melawan ancaman dan agresi dari tetangga Komunisnya yang lebih kuat."
Presiden Harry S. Truman mengumumkan bahwa AS akan melawan "agresi yang tidak diprovokasi" dan "bersemangat mendukung upaya [PBB] dewan keamanan untuk mengakhiri pelanggaran serius terhadap perdamaian. Pada bulan Agustus 1950, Presiden dan Sekretaris Negara dengan mudah membujuk Kongres mengegolkan $12 milyar untuk menambah anggaran militer di Asia yang penting untuk mencapai tujuan National Security Council Report 68 (NSC-68), penahanan global AS terhadap komunisme.
Atas rekomendasi Acheson, Presiden Truman memerintahkan Jenderal MacArthur mentransfer material kepada tentara Republik Korea dan memberikan perlindungan udara pada evakuasi warga negara Amerika Serikat. Namun Presiden menolak mengebom Korea Utara secara langsung. Selain itu, Presiden juga memerintahkan US Seventh Fleet untuk melindungi Taiwan, yang meminta untuk ikut bertempur di Korea. Namun presiden menolak permintaan itu dengan alasan dapat memancing kemarahan Cina.
Pertempuran Osan adalah pertempuran besar pertama antara AS dan Korea Utara di Perang Korea. Pada 5 Juli 1950, Task Force Smith menyerang Korea Utara di Osan, namun karena tidak membawa senjata yang mampu menghancurkan tank Korea Utara, mereka gagal, dengan total 180 orang tewas, terluka, atau tertangkap. Korea Utara maju ke Selatan, memaksa Divisi ke-24 AS mundur ke Taejeon, yang di kemudian hari juga berhasil dikuasai Korea Utara pada Pertempuran Taejon: Divisi ke-24 menderita 3.602 tewas atau terluka dan 2.962 ditangkap—termasuk komandan divisi Mayor Jendral William F. Dean. Di udara, Angkatan Udara Korea Utara menembak jatuh 18 pesawat tempur dan 29 pengebom AS; sementara AS hanya menjatuhkan 5 pesawat tempur Korea Utara.
Di bulan Agustus, Korea Utara berhasil menekan Korea Selatan dan tentara AS ke kota Pusan, di Tenggara Korea. Dalam serangan itu, Korea Utara menghabisi akademisi Korea Selatan dengan membunuh pegawai negeri dan kaum intelektual. Pada 20 Agustus, Jenderal MacArthur memperingatkan pemimpin Korea Utara Kim Il-Sung bahwa ia bertanggung jawab terhadap kekejaman tentara Korea Utara. Hingga bulan September, tentara PBB hanya bisa mengontrol pinggiran kota Pusan, atau hanya 10% dari wilayah Korea.
D.Eskalasi
Dalam keputusasaan di Pertempuran Perimeter Pusan (Agustus-September 1950), Angkatan Darat Amerika Serikat menahan serangan KPA yang bermaksud kota. Namun tak lama kemudian, USAF dapat menghambat logistik KPA (Koreans People Army) dengan menghancurkan 32 jembatan. USAF juga menghancurkan depot logistik, penyulingan minyak, dan pelabuhan untuk menghambat pasokan material KPA. Sebagai akibatnya, tentara KPA di Semenanjung Selatan tidak bisa mendapatkan pasokan.
Di saat yang sama, garnisun AS di Jepang terus-menerus mengirim tentara dan bahan untuk memperkuat Perimeter Pusan. Batalion tank dikerahkan ke Korea dari San Francisco (di daratan Amerika Serikat); pada akhir Agustus, Perimeter Pusan memiliki sekitar 500 tank. Pada awal September 1950, tentara ROK dan pasukan komando PBB menyerang balik 100.000 tentara KPA dengan 180.000 pasukan.
E.Pertempuran Incheon
Keadaan di Pusan Perimeter telah berbalik; tentara KPA mulai kekurangan orang dan pasokan (supply) sementara di sisi ROK pasukan telah mendapatkan mendapatkan tambahan senjata dan amunisi. Untuk membantu pertahanan di Perimeter Pusan, UN CIC Jenderal MacArthur merekomendasikan sebuah pendaratan amfibi di Incheon, di belakang garis pertahanan KPA. Pada 6 Juli, ia memerintahkan Mayor Jenderal Hobart Gay, komandan Divisi Kavaleri pertama, untuk merencanakan pendaratan amfibi tersebutl pada 12—14 Juli, Divisi Kavaleri pertama berangkat dari Yokohama untuk membantu Divisi Invantri ke-24.
Operasi yang disebut sebagai Operasi Chromite ini dilaksanakan saat gelombang ombak mengganas. Jenderal McArthur telah lama merencanakan penyerbuan ini, namun Pentagon selalu mencegahnya. Ketika mendapatkan otoritas, ia mengerahkan pasukannya yang terdiri dari 70.000 infantri Divisi Marinir Pertama, Divisi Infantri ke-7, dan 8.600 tentara ROK. Pada tanggal hari-H tanggal 15 September, tim penyerang menghadapi sedikit—namun kuat—tentara KPA; intelejen militer, operasi psikologi, pengintaian, dan pengeboman turut berperan dalam operasi ini. Pengeboman itu sendiri menghancurkan sebagian besar kota Incheon.
Pendaratan Incheon memungkinkan Divisi Kavaleri Pertama untuk mulai menyerang ke bagian utara. Mereka maju 106.4 mil ke dalam wilayah musuh dan kemudian bergabung dengan Divisi Infantri Ke-7 di Osan.Perlahan-lahan mereka menghabisi tentara KPA, dan mengepung yang masih tersisa di wilayah Korea Selatan. dengan cepat, Jenderal MacArthur merebut kembali Seoul, namun tentara KPA yang nyaris terkepung berhasil kabur ke Utara dengan hanya 25.000 hinga 30.000 pasukan tersisa.
F.Serangan PBB: Invasi ke Korea Utara (September–Oktober 1995)
Pada tanggal 1 Oktober 1950, Komando PBB mendorong KPA hingga ke Utara, melewati paralel ke-38, ROK kemudian mengejar mereka masuk ke wilayah Korea Utara. Enam hari kemudian, pada 7 Oktober, dengan otorisasi dari PBB, pasukan Komando PBB mengikuti pasukan ROK menyerang ke wilayah Utara. Angkatan Darat AS kedepalam dan tentara ROK menyerang ke bagian Barat Korea, dan berhasil merebut Pyongyang, ibukota Korea Utara, pada 19 Oktober 1950. Di akhir bulan, pasukan PBB menahan 135,000 tawanan perang; dan mereka melihat adanya perpecahan di tentara Korea Utara.
Jenderal MacArthur dan beberapa politisi Amerika sempat mengusulkan untuk menyerang Komunis Cina untuk menghancurkan depot Tentara Rakyat China yang memasok kebutuhan perang Korea Utara, namun Presiden Truman tidak setuju, dan memerintahkan Jenderal MacArthur tidak melewati perbatasan Sino-Korea.
G.Aksi Investigasi Cina
Pada 27 Juni 1950, dua hari setelah invasi terhadap KPA dan tiga bulan sebelum intervensi Cina untuk Perang Korea, Presiden Truman mengirimkan Armada 7 AS ke Selat Taiwan, untuk melindungi Republik Nasionalis Cina dari ancaman Republik Rakyat China (RRC). Tanggal 4 Agustus 1950, Mao Zedong melapor kepada Politbiro bahwa ia akan melakukan intervensi bila Tentara Relawan Rakyat (PVA) sudah siap untuk dimobilisasi. Pada 20 Agustus 1950, Perdana Menteri Zhou Enlai menginformasikan Perserikatan Bangsa-Bangsa bahwa "Korea adalah tetangga Cina... Rakyat Cina harus terlibat mencari solusi untuk masalah Korea "-dengan demikian, melalui diplomat dari negara netral, Cina memperingatkan AS, bahwa dalam menjaga keamanan nasional Cina, mereka akan melakukan intervensi terhadap Komando PBB di Korea. Presiden Truman menafsirkan pesan ini sebagai "sebuah usaha untuk pemerasan terhadap PBB", dan mengabaikannya. Politbiro mengizinkan intervensi Cina di Korea pada tanggal 2 Oktober 1950-sehari setelah tentara ROK menyeberangi perbatasan 38-paralel. Kemudian, Cina mengklaim bahwa pesawat-pesawat pembom AS telah melanggar wilayah udara nasional RRC dalam perjalanannya menuju Korea Utara-sebelum Cina melakukan invervensi di Korea Utara.
Pada bulan September, di Moskow, Perdana Menteri RRC Zhou Enlai menambahkan tekanan diplomatik dan personal dalam telegram Mao kepada Stalin, meminta bantuan militer dan material. Stalin menundanya; Mao dijadwalkan kembali meluncurkan "Perang Melawan Bala Bantuan Amerika dan Korea" dari 13 ke 19 Oktober 1950. Uni Soviet hanya mau memberikan bantuan serangan udara di bagian Utara Sungai Yalu. Namun Mao menganggap bantuan itu tidak berguna karena pertempuran lebih banyak terjadi di sisi Selatan sungai tersebut.  Soviet juga membatasi bantuannya dan hanya mau mengirimkan material berupa truk, senjata mesin, granat, dan sejenisnya.
Pada 8 Oktober 1950, sehari setelah tentara AS menyebrang ke wilayah Korea Utara, Mao Zedong memerintahkan Tentara Pembebasan Rakyat Frontier Barat Laut direorganisasi ke dalam People's Volunteer Army (PVA), yang sedang bertempur dalam "Perang Melawan Amerika dan Membantu Korea." Mao menjelaskan kepada Stalin: "Bila kita membiarkan Amerika Serikat menduduki seluruh Korea, kekuatan revolusioner Korea akan mendapatkan kekalahan telak, penjajah Amerika akan merajalela dan memberikan efek negatif terhadap seluruh Timur Jauh."
Pengintaian udara AS mengalami kesulitan menemukan unit PVA di siang hari karena disiplin yang mereka miliki.  PVA bergerak dari "malam-ke-malam" (19.00-03.00) dan membuat kamuflase agar tak terlihat dari udara pada jam 05.30. Di siang hari, mereka mengirim tim untuk mencari lokasi istirahat dan mendirikan bivak. Bila pesawat melintas, mereka diharuskan untuk diam tak bergerak hingga pesawat tersebut menghilang. Perwira PVA diperbolehkan menembak pasukannya yang dianggap dapat mengancam keamanan pasukan.  Disiplin yang keras seperti itu membuat tiga divisi pasukan berjalan sejauh 286 mil (460 km) dari An-tung, Manchuria, ke medan pertempuran dalam 19 hari; divisi lain yang melewati daerah pegunungan berliku mampu berjalan rata 18 mil (29 km) setiap harinya selama 18 hari.
Pada 10 Oktober 1950, Batalion Tank ke-89 digabungkan dengan Divisi Kavaleri Pertama, menambah jumlah kendaraan baja yang tersedia untuk menyerang ke Utara. Pada 15 Oktober, setelah menghadapi perlawanan KPA, Resimen Kavaleri ke-7 dan Charilie Company, Batalion Tank ke-70 berhasil menguasai kota Namchonjam. Pada 17 Oktober, mereka menyerang lewat arah kanan, menjauhi jalan utama, untuk menguasai Hwangju. Dua hari kemudian, Divisi Pertama Kavaleri menguasai Pyongyang, ibu kota Korea Utara, sehingga pada 19 Oktober 1950 tentara AS sepenuhnya menguasai Korea Utara.
Di tempat lain, 15 Oktober 1950, Presiden Truman dan Jen. MacArthur bertemu di Wake Island di tengah Samudera Pasifik.  Kepada Presiden Truman, Jen. MacArthur berspekulasi bahwa kecil risiko China akan mengintervensi di Korea,  bahwa kesempatan tentara China membantu KPA telah hilang; bahwa tChina memiliki 300.000 tentara di Manchuria, dan sekitar 100.000-125.000 tentara di Sungai Yalu; dan menyimpulkan bahwa meskipun setengah dari seluruh tentara menyebrang ke Selatan, mereka dapat dengan mudah dihancurkan karena tidak memiliki perlindungan udara.
Setelah menghadapi dua pertempuran kecil pada 25 Oktober, pertempuran besar pertama antara China-Amerika terjadi pada 1 November 1950. jauh di wilayah Korea Utara, ribuan tentara China mengepung dan menyerang unit Komando PBB dalam Pertempuran Unsan. Di Barat, akhir November, di sepanjang Sungai Chongchon, tentara China menyerang dan mengalahkan beberapa divisi Korea Selatan, dan menghabisi tentara PBB yang tersisa. Pasukan PBB dan tentara ke-8 AS berhasil bergerak mundur, karena mendapat dukungan Brigade Turki yang menahan serangan China selama 4 hari (26-30 November). Di Timur, pada Pertempuran Chosin Reservoir , dan Regimental Combat Team Divisi Infantri ke-7 (3000 tentara) dan divisi marinir (12.000—15.000 marinir) juga mundur setelah dikepung, dengan total tewas secara keseluruhan 15.000 orang
H.Keterlibatan Republik Rakyat Cina
Republik Rakyat Cina baru terlibat secara langsung dalam perang ini pada bulan Oktober 1950. Ini terutama dikarenakan pemerintah Beijing kuatir bahwa pasukan Amerika Serikat akan mempergunakan kesempatan menduduki Korea Utara untuk kemudian menyerang provinsi-provinsi di timur laut Cina. Di samping itu, faktor lainnya adalah dukungan Stalin kepada RRC untuk terlibat dalam perang Korea ini.
I.Konflik Utama
Konflik KOREA merupakan warisan konflik era Perang Dingin antara Amerika Serikat dan Uni Soviet. Di bagian utara berdiri Republik Rakyat Demokratis Korea dengan ibu kota Pyongyang, di selatan ada Republik Korea berpusat di Seoul.
Sejak awal abad XX, Semenanjung Korea dikuasai Jepang. Setelah Jepang kalah pada Perang Dunia II, serentak lahir dua negara, sesuai pengaruh dua pemenang perang, AS dan Uni Soviet, yang sama-sama menduduki sebagian Korea.
Pada tahun 1950 pecahlah perang korea karena propaganda dan pergerakan politik RRC yang ingin mengkomuniskan negara-negara Asia Timur dan Tenggara tetapi pergerakan RRC dan Uni Soviet diketahui oleh Amerika dan sekutunya, Amerika yang mempunyai pangkalan militer di Jepang dan Filipina berupaya agar Komunisme tidak bisa ekspansi ke Asia Timur tetapi sayangnya, propaganda Komunis RRC sudah masuk ke daratan Korea dari jalur Utara, dan mereka telah berhasil menguasai (cuci otak) para pejabat di daerah Korea Utara dan memproklamirkan tentara Korea Utara sebelum masuk ke Jepang dan Taiwan. Amerika dan sekutunya sudah berusaha menangkal pergerakan pasukan komunis Korea Utara dengan mempersenjatai pasukan Korea yang berada di daerah Selatan. Secara tidak langsung
terjadilah perang saudara, karena Korea Utara bergerak ke Korea Selatan tanpa peringatan langsung serbu, akhirnya Badan PBB menyerukan Amerika untuk turun tangan membela Korea Selatan
Tahun 1953 Perang Korea berakhir, istilah resminya, gencatan senjata disepakati kedua belah pihak. Semenanjung tersebut dibagi dua, batasnya garis lintang 38 derajat dengan dibuatnya perbatasan dibuatnya Korea Demilitarized Zone (DMZ) yang menjadi saksi peperangan yang secara teknis belum berakhir di antara kedua negara.
Seiring perkembangan zaman, angin perubahan kemudian bertiup. Korea Utara tidak lagi dipandang sebagai setan sekaligus musuh yang harus dilenyapkan. Perubahan terjadi sejak Presiden Kim Dae-jung tahun 1998 merintis kebijakan Sinar Matahari, Sun Shine policy (Kebijakan terhadap Korea Utara tidak boleh berlandaskan pada pertentangan, tetapi melalui bantuan kemanusiaan agar dapat membimbing Korea Utara membuka pintunya). Sebagai upaya rekonsiliasi sekaligus langkah mendekati Korea Utara. Ternyata, gagasan Kim Dae-jung tidak bertepuk sebelah tangan. Sebab, dua negara bersaudara tetapi beda sistem politiknya tersebut akhirnya sama-sama memulai beragam langkah persahabatan.
Masalah nuklir Korea Utara adalah efek dari belum resminya perang antara kedua negara, karena perpanjangan dari masalah perang Korea yang belum terselesaikan, karena penyelesaiannya masih berupa gencatan senjata sehingga pihak-pihak yang terlibat masih merasa dalam posisi berperang. Adanya rasa ”tidak aman” dari Korea Utara sehingga negara itu merasa perlu untuk mempersenjatai diri dengan senjata nuklir. Nuklir Korea Utara ini menambah ketegangan di kawasan Asia Pasifik, sehingga Amerika pada khususnya gencar menyerukan agar Korut menghentikan program nuklirnya.
Pada tahun 2000 diadakan KTT pertama antara Korut dan Korsel 13 Juni hingga 15 Juni di Pyongyang, Korea Utara. Kedua pucuk pimpinan negara menilai pertemuan puncak yang berlangsung untuk pertama kali, sejak Semenanjung Korea terbagi dua, sebagai titik tolak penting untuk meningkatkan pengertian satu sama lain demi mengembangkan hubungan kerjasama antar Korea dan menciptakan suasana unifikasi nasional dan mendeklarasikan :
1.Korea Selatan dan Korea Utara sepakat untuk menuntaskan masalah unifikasi secara mandiri berlandaskan hubungan kerjasama sesama Bangsa Korea.
2.Korea Selatan dan Korea Utara saling mengakui kesamaan antara rancangan koalisi Korea Selatan dengan rancangan federasi Korea Utara untuk menciptakan unfikasi nasional.
3.Korea Selatan dan Korea Utara sepakat, untuk melakukan reuni keluarga terpisah antar Korea termasuk pertukaran rombongan kunjungan pada tanggal 15 Agustus dan segera menuntaskan masalah pri-kemanusiaan termasuk tahanan politik yang tetap bertahan pada ideologi mereka.
4.Korea Selatan dan Korea Utara sepakat, untuk mengaktifkan hubungan kerjasama ekonomi demi mengembangkan perekonomian antar Korea secara berimbang dan meningkatkan hubungan kerjasama sosial, kebudayaan, olahraga, kesehatan dan lingkungan alam.
5.Untuk itu, Korea Selatan dan Korea Utara segera membuka dialog langsung antara kedua instansi berwenang demi mewujudkan isi kesepakatan tersebut.
Pada awalnya kesepakatan ini berjalan sesuai rencana akan tetapi karena kuatnya tendensi AS di Korsel dalam kerjasama militer, maka Korut yang selain merasa tidak aman juga ambisinya sebagai negara nuklir, Korut tetap saja mengembangkan program nuklirnya serta melakukan uji coba rudal Taepodong di kawasan Byonghon dekat perbatasan antara Korut dan Cina.
Maka pada tahun 2007 diadakan kembali KTT kedua. Perkembangan hubungan antar Korea selama ini, dapat dikatakan hasil dari Deklarasi Bersama 15 Juni :
1.Penuntasan masalah unifikasi nasional secara mandiri
2.Menuju unifikasi nasional berlandaskan sistem konfederasi (Korea Selatan) dan sistem federasi (Korea Utara)
3.Penuntasan masalah kemanusiaan (pertukaran rombongan keluarga terpisah dan masalah tahanan yang tidak diubah ideologinya)
4.Pengaktifan pertukaran ekonomi dan peningkatan rasa saling percaya
5.Pembukaan dialog instansi untuk melaksanakan kesepakatan
Pertemuan pemimpin Korea Utara Kim Jong-Il dan Presiden Korea Selatan Roh Moo-Hyun pada 04 Oktober 2007 akhirnya menghasilkan keputusan bersejarah. Baik bagi dunia maupun kedua negara. Kedua pemimpin Korea itu mendeklarasikan perjanjian perdamaian permanen antardua Negara dan menjadikan Semenanjung Korea yang bebas nuklir. Secara teknis, kedua Korea masih berperang sejak pecah Perang Korea 1950-1953. Roh dan Kim menandatangani kesepakatan damai itu menandai pertemuan penuh sejarah di Pyongyang itu. Deklarasi yang dihasilkan antara Korea Selatan dan Utara pada intinya tidak akan melakukan tindakan permusuhan satu sama lain dan akan mengurangi ketegangan militer serta mengakiri konflik melalui dialog dan negosiasi.
Poin-poin penting perjanjian 2 Korea:
1.Mengupayakan pengakhiran gencatan senjata Perang Korea dan mendesak pertemuan dengan negara-negara lain yang menandatangani perjanjian 1953, yaitu AS dan Tiongkok - untuk sebuah perjanjian perdamaian.
2. Mengakhiri pertikaian militer, menghentikan ketegangan, dan memastikan perdamaian semenanjung.
3.Membentuk kawasan perikanan di perbatasan laut sebelah barat.
4.Menerapkan perjanjian internasional terhadap pengakhiran program nuklir Korut.
5.Meningkatkan kerja sama ekonomi.
6.Membuka jalur layanan kereta api untuk mendukung kawasan industri bersama di Kaesong.
7.Membangun kompleks kerja sama pembuatan kapal.
8.Membuka jalur penerbangan dari Korsel ke Gunung Paekto Korut.
9.Mengirim suporter bersama dalam Olimpiade Beijing 2008
10.Meningkatkan pertemuan dua keluarga yang terpisah

IV.UPAYA PENYATUAN
Dalam pemilu presiden di Korea Selatan, masalah penyatuan kembali Korea Utara dan Korea Selatan tak merupakan topik utama. Walau begitu, unifikasi kedua Korea adalah agenda politik jangka panjang Korsel.
Kawasan di sekitar zona bebas militer antara Korea Utara dan Selatan dijaga ketat oleh 2 juta tentara Korea dan puluhan ribu pasukan Amerika Serikat dengan mandat PBB. Hanya di beberapa tempat zona itu kedua Korea bersentuhan. Misalnya di kawasan industri khusus Kaesong. Di sini, buruh Korea Utara menyelesaikan produk industri yang dirancang pengusaha Korea Selatan.
Sementara itu, lagu yang mengalun dari pengeras suara di „Jembatan Kebebasan“ Imjingak di selatan zona bebas militer tetap mengingatkan pada pemisahan antara Korea Utara dan Selatan
1.Dampak Ambruknya Korut
Negara komunis Korea Utara berada di ambang kehancuran. Demikian penilaian sejumlah pengamat Korea Selatan. Ambruknya ekonomi Korea Utara hanyalah masalah waktu saja. Karena takut terkena imbasnya, politisi Korea Selatan mencanangkan penyatuan kembali kedua Korea sebagai agenda politik jangka panjang.
Kepala Pusat Studi Unifikasi di Universitas Nasional Seoul Park Myung-Kun: “Bila Korea Utara tiba-tiba ambruk, maka dampak sosial dan ekonominya juga dirasakan Korea Selatan. Kami tidak ingin hal itu, tapi kami juga tidak mendukung status quo di Korea Utara. Perlu ada jalan tengah, agar transisi di Korea Utara melalui langkah-langkah reformasi berjalan lebih mulus.”
2.Masalah HAM di Korut
Sebagian besar partai politik Korea Selatan mendukung upaya untuk membantu masa peralihan di Korea Utara. Walau itu berarti, beberapa isu lainnya terpaksa ditangguhkan dulu penyelesaiannya. Misalnya nasib 200.000 tahanan politik yang masih mendekam di penjara Korea Utara.
Politisi Korea Selatan Chung Eui-yong, menyayangkan hal ini. Tapi menurut politisi kubu kiri yang duduk dalam pemerintahan Korea Selatan, realpolitik saat ini memang lebih fokus pada masalah program atom Korea Utara.: „Bukan berarti kita melupakan soal hak asasi karena tengah berusaha menyelesaikan sengketa atom Korea Utara. Memang program atom Korea Utara adalah fokus politik saat ini. Memang, hak asasi adalah nilai tertinggi yang harus kita junjung. Tapi, kami juag perlu menyelesaikan masalah secara pragmatis dan realistis.“
3.Investasi Masa Depan
Menurut para pakar, Korea Selatan yang ekonominya lebih kuat kemungkinan harus menanggung sebagian besar biaya untuk penyatuan kembali kedua Korea. Menurut bekas kepala Institut Nasional Unifikasi Korea Seo Byung-Chel, dalam jangka panjang tetap saja sisi positifnya lebih banyak:
“Memang ada yang bilang, penyatuan kembali ini akan mahal. Jerman pun awalnya menghadapi masalah serupa. Tapi pada akhirnya, Korea akan diuntungkan dengan penyatuan kembali ini. Dana yang kami investasikan pasti akan kembali.“ (zer)


V.AKHIR PERANG
Perang ini berakhir pada 27 Juli 1953 saat Amerika Serikat, Republik Rakyat Cina, dan Korea Utara menandatangani persetujuan gencatan senjata. Presiden Korea Selatan, Seungman Rhee, menolak menandatanganinya namun berjanji menghormati kesepakatan gencatan senjata tersebut. Namun secara resmi, perang ini belum berakhir sampai dengan saat ini.
VI.PERBANDINGAN KEKUATAN MILITER KOREA SELATAN VERSUS KOREA UTARA
Situasi di Semanjung Korea nampaknya semakin mencemaskan Amerika Serikat dan sekutunya Korea Selatan. Akankah Amerika dan Cina terlibat kembali dalam konflik bersenjata sebagaimana terjadi pada era 1950-1953. Ketika itu, Korea Utara dengan bantuan sepenuhnya dari Cina, mencoba menggempur pertahanan Korea Selatan yang didukung Amerika Serikat.
Namun ketika itu, dengan dukungan militer Amerika, Korea Selatan berhasil memukul mundur Korea Utara ke Sungai Jalu, sehingga Cina tidak bisa lain menerima kondisi statusquo yang terjadi. Padahal waktu itu, Panglima Perang Amerika di Asia Pasifik Jenderal McArthur sebenarnya bernafsu untuk menghabisi Cina sampai ke negaranya sendiri. Hanya saja, Presiden Harry Truman menolak gagasan gila-gilaan McArthur karena bisa memicu perang Dunia Ketiga.
Meski demikian, gencatan senjata Korea Selatan dan Korea Utara tersebut bukan berarti tercapainya perdamaian kedua korea. Sewaktu-waktu, dengan dipicu oleh isu yang cukup sensitif, kedua korea tersebut setiap saat bisa kembali ke medan perang untuk saling menghancurkan.
Inilah yang terjadi ketika Korea Utara secara sepihak melakukan uji coba senjumlah senjata rudalnya. Bahkan bukan itu saja, Korea Utara juga menguji coba bom nuklirnya, sehingga memicu kecaman Dewan Keamanan Nasional.
A.Angkatan Bersenjata Korea Utara.
Lumayan hebat juga untuk ukuran negara sedang berkembang. Korea Utara memiliki tentara aktif sebesar 1.106.000(satu juta seratus enam ribu) orang. Tentara cadangan sekitar 4700.000(empat juta tujuhratus ribu) orang.
Lalu bagaimana dengan kekuatan riil angkatan daratnya? Menurut informasi yang bisa dipercaya, Korea Utara memiliki 3500(tiga ribu limaratus) tank. Senjata lain sekitar 3060(tiga ribu enampuluh ribu), artileri sejumlah 17.900(tujuhbelas ribu sembilan ratus), dan Helikopter sampai sejauh ini tidak ada catatan yang cukup akurat berapa persisnya. Namun diperkirakan berkisar antara 500 sampai 800.
Angkatan Laut, Korea Utara memiliki kapal selam 63, frigat 3, dan kapal Amphibi sejumlah 261.
Angkatan Udara Korea Utara pun ternyata cukup luarbiasa, dan wajar jika Amerika cukup cemas dibuatnya. Korea Utara memiliki pesawat pembom sekitar 80 buah. Jet tempur 440, pesawat transportasi 215.Dan Helikopter sebanyak 302.
B.Angkatan Bersenjata Korea Selatan.
Untuk tentara aktif, Korea Selatan punya tentara aktif sebesar 687.000(enamratus delapanpuluh ribu) orang, jadi ebih sedikit dibanding Korea Utara. Tentara cadangan Korea Selatan sebesar 4500.000(empat juta limaratus ribu) orang.
Angkatan Daratnya, Korea Selatan punya 2330 tank, senjata lain sejumlah 4520, artileri sebesar 10.774, dan helikopter 418.
Kekuatan Angkatan lautnya, Korea Selatan punya kapal selam 12. Jauh lebih kecil dibanding Korea Utara. Frigat 9, lebih besar dari Korea Utara. Dan kapal Amphibi 48. Ini sebenarnya cukup mengejutkan, karena Korea Selatan jauh ketinggalan dibanding Korea Utara yang berhaluan komunis itu.
Bagaimana dengan angkatan udara? Korea Selatan jumlah jet tempurnya cukup berimbang dengan korea Utara yaitu 468. Pesawat transportasi sejumlah 33. Yang ini Korea sangat ketinggalan jauh dibanding Korea Utara. Begitu juga helikopter, Korea Selatan hanya punya 159.
Penduduk Korea Selatan berjumlah 46,5 juta, Korea Utara berjumlah 22,7 juta.
VII.KESIMPULAN
Gencatan senjata Korea Selatan dan Korea Utara tersebut bukan berarti tercapainya perdamaian kedua korea. Sewaktu-waktu, dengan dipicu oleh isu yang cukup sensitif, kedua korea tersebut setiap saat bisa kembali ke medan perang untuk saling menghancurkan. Dan hingga saat ini Korea Utara Dan Selatan masih bersetatus perang. sumber